Sama. Saya juga sering kehilangan. Kemaren santri tertawa kecil, bersama kawan2nya…
“Subhaanallaah… Sendal udah digembok, msh hilang juga…” Kata santri tsb. Sambil nunjukin kuncinya tuh gembok.
Kawan2nya ikut tertawa. Saya mendengar dari belakang… Saya berdehem… “Ehhhmmm… Apa hikmahnya…?”
Santri tersebut bilang, “Saya jadi bisa nyebut subhaanallaah. Dengan pas. Ada maknanya. Sbb lagi ilang sendal, he he he”. Saya ikutan tertawa kecil.
“Terus…”. “Latihan sabar, Ustadz. Susah latihan sabar kalo ga ada kasus…”. “Betul,” saya bilang.
“Apalagi?”
“Hikmah, Ustadz!”, kata yg satu.
“Apa hikmahnya?”
“Biar kata udah digembok, ilang ya ilang aja. Datang dan ilang, bukan kehendak kita.”
“Good.” “Terus?”
“Belajar ikhlas, belajar ridho…”.
Yg lain nimpalin lagi, “Murah ya Stadz, belajar sabar, ridho, ikhlas, hikmah… Biayanya cuma sendal ilang… Sepatu ilang…” Saya terus mengajak anak2 menggali apa hikmahnya.
“Subhaanallaah… Sendal udah digembok, msh hilang juga…” Kata santri tsb. Sambil nunjukin kuncinya tuh gembok.
Kawan2nya ikut tertawa. Saya mendengar dari belakang… Saya berdehem… “Ehhhmmm… Apa hikmahnya…?”
Santri tersebut bilang, “Saya jadi bisa nyebut subhaanallaah. Dengan pas. Ada maknanya. Sbb lagi ilang sendal, he he he”. Saya ikutan tertawa kecil.
“Terus…”. “Latihan sabar, Ustadz. Susah latihan sabar kalo ga ada kasus…”. “Betul,” saya bilang.
“Apalagi?”
“Hikmah, Ustadz!”, kata yg satu.
“Apa hikmahnya?”
“Biar kata udah digembok, ilang ya ilang aja. Datang dan ilang, bukan kehendak kita.”
“Good.” “Terus?”
“Belajar ikhlas, belajar ridho…”.
Yg lain nimpalin lagi, “Murah ya Stadz, belajar sabar, ridho, ikhlas, hikmah… Biayanya cuma sendal ilang… Sepatu ilang…” Saya terus mengajak anak2 menggali apa hikmahnya.
“Ga ada yg hilang kecuali apa yang sudah ditetapkan Allah.” “Pasti tukerannya ada…” Semua dari santri.
Saya tanya yg trakhir: “Tukeran apa?”
“Tukeran dosa!”, berderai tawa.
Ya, murah sekali. Dosa dituker sama ilangnya sendal. “Apa lagi…” Saya masih bertanya, sbb terasa msh ada blm disebut.
“Belajar syukur, Ustadz…” Nah… Betul… Apa itu syukurnya…?
“Yang hilang, baru sendal… Belom panca indera kita. Belom iman kita. Belom akhlak kita..”.
Subhaanallaah santri2ku… “Terus…?” Tanya saya lagi.
“Doa Ustadz… Saat hilang, kita jangan ngadu sama manusia. Hanya nambah kesel aja. Sebab yg kita adukan itu, pasti akan bilang, saya juga ilang. Udah dipisahin kanan kiri, ilang juga… Lalu bertambah2lah dosa kita semua. Sebab kayak ga ridho sama ilangnya sendal…”. Saya terkesiap.
Koq jawabannya kayak saya semua. Asli. Saya terharu. Diem-diem saya nyiapin sesuatu… “Silahkan berdoa skrng…”.
Lalu saya mendengar santri tsb berdoa, diaminkan oleh kwn2nya yg lain, “Ya Allah, gantilah sendal yg ilang, dg yg lain: ampunan, rahmat, &sendal yg baru..”
Saya tanya yg trakhir: “Tukeran apa?”
“Tukeran dosa!”, berderai tawa.
Ya, murah sekali. Dosa dituker sama ilangnya sendal. “Apa lagi…” Saya masih bertanya, sbb terasa msh ada blm disebut.
“Belajar syukur, Ustadz…” Nah… Betul… Apa itu syukurnya…?
“Yang hilang, baru sendal… Belom panca indera kita. Belom iman kita. Belom akhlak kita..”.
Subhaanallaah santri2ku… “Terus…?” Tanya saya lagi.
“Doa Ustadz… Saat hilang, kita jangan ngadu sama manusia. Hanya nambah kesel aja. Sebab yg kita adukan itu, pasti akan bilang, saya juga ilang. Udah dipisahin kanan kiri, ilang juga… Lalu bertambah2lah dosa kita semua. Sebab kayak ga ridho sama ilangnya sendal…”. Saya terkesiap.
Koq jawabannya kayak saya semua. Asli. Saya terharu. Diem-diem saya nyiapin sesuatu… “Silahkan berdoa skrng…”.
Lalu saya mendengar santri tsb berdoa, diaminkan oleh kwn2nya yg lain, “Ya Allah, gantilah sendal yg ilang, dg yg lain: ampunan, rahmat, &sendal yg baru..”
Saya mengaminkan… Setelah ananda santri mengusap wajahnya, tanda
selesai berdoa… “Ok, Allah lsg kabulkan. Selain semua pelajaran dan
hikmah, berikut ini sendal ayah. Buat kamu…”. Santri tsb tersenyum
lebar.
Ga percaya. Sendal Yusuf Mansur yg dicopot dan diberikan kepadanya. Dan Yusuf Mansur nyeker. Sbb lepas sandal. Santri itu bahagia. Saya lebih bahagia lagi. Apalah yg kita punya? Dan apa pula yg bisa kita awasi.
Ga percaya. Sendal Yusuf Mansur yg dicopot dan diberikan kepadanya. Dan Yusuf Mansur nyeker. Sbb lepas sandal. Santri itu bahagia. Saya lebih bahagia lagi. Apalah yg kita punya? Dan apa pula yg bisa kita awasi.
Kalo belom digembok, wajar ilang. Ini udah digembok, he he. Lah ilang
sama gembok2nya, he he. Seketat apapun, Allah punya kuasa mengambil.
Dia gerakkan siapa yang Dia kehendaki untuk mengambilnya. Dan Dia
gerakkan pula sekelilingnya u/ tidak melihat siapa yang mengambilnya.
Makin dalam rasa hilang itu, makin hebat pelajaran sabar, ridho,
ilkhlas, syukur, yg bisa diperolehnya. Makin berat, berat pula semua
timbangan kebaikannya. Dan makin hebat pula pergantiannya.
Pak Sugih, yg melihat sendal saya dicopot, dan diberikan ke santri, lalu melepas sendalnya.
“Ustadz, pakai punya saya…”.
Alhamdulillah, belakangan saya tau sendal Pak Sugih, kepala cabang sebuah bank swasta di Kwitang, 1jt-an. Sedang sendal saya, 175rb, he he… Subhaanallaah. Malamnya, santri itu membungkus plastik sendal yg saya beri.
“Ustadz, ini saya kembalikan. Saya ga berani makenya.” Saya usap santri tsb kepalanya, saya senyum kepada dia,
“Sungguh, yang ayah dapat, jauh lebih besar dari apa yang ayah kasihkan ke kamu…”. Saya berbisik kepada Allah, saat itu, ajarkan kami ya Allah, dengan apa saja kejadian di sekitar kami dan yang menimpa kami. Salam.
“Ustadz, pakai punya saya…”.
Alhamdulillah, belakangan saya tau sendal Pak Sugih, kepala cabang sebuah bank swasta di Kwitang, 1jt-an. Sedang sendal saya, 175rb, he he… Subhaanallaah. Malamnya, santri itu membungkus plastik sendal yg saya beri.
“Ustadz, ini saya kembalikan. Saya ga berani makenya.” Saya usap santri tsb kepalanya, saya senyum kepada dia,
“Sungguh, yang ayah dapat, jauh lebih besar dari apa yang ayah kasihkan ke kamu…”. Saya berbisik kepada Allah, saat itu, ajarkan kami ya Allah, dengan apa saja kejadian di sekitar kami dan yang menimpa kami. Salam.
Sumber : http://yusufmansur.com/sandal/
No comments:
Post a Comment